Rabu, 27 April 2016

5 Tip Mendengar dengan Optimal dan Efektif

5 Tip Mendengar dengan Optimal dan Efektif
Salah satu tip mendengar dengan efektif: mendengar secara sadar.
(Credit: FreeImages.com/Carolin Chan)
Mendengarkan secara optimal dan efektif bisa membuat perbedaan besar dalam hubungan kita dengan orang lain. Ini dia 5 tip mendengar dengan optimal dan efektif.


Di artikel sebelumnya, kita sudah membahas 7 Kesalahan Saat Mendengar. Kali ini, masih dari buku yang sama, Make Yourself Unforgettable: How to Become the Person Everyone Remembers and No One Can Resist (Dale Carnegie Training, 2012), kita akan membahas bagaimana cara agar terhindar dari kesalahan-kesalahan tersebut sehingga kita bisa mendengar dengan optimal dan efektif.

Kebanyakan, orang tidak mendengarkan dengan perhatian. Pendengar yang baik seharusnya memberikan kesempatan lawan bicara untuk diam, sama seperti memberikan mereka kesempatan untuk berbicara. Beberapa tip lainnya adalah sebagai berikut:

  1. Jadikan mendengar sebagai pilihan sadar, bukan refleks pasif. Kondisi fisik yang lelah, mood yang sedang tidak bagus, dan tingkat stres yang tinggi bisa menjadi penghalang kita untuk mendengarkan dengan optimal. Pikiran kita yang sedang mumet terkadang sudah tidak sanggup lagi menerima beban tambahan saat mendengarkan lawan bicara.

Katakan dengan jujur kepada lawan bicara saat kita tidak siap memberi perhatian penuh untuk mendengar. Ini memang bukan hal mudah bagi kita dan lawan bicara, apalagi untuk orang Indonesia yang lebih sering merasa sungkan atau tidak enak. Umumnya kita merasa tidak enak menolak teman yang ingin curhat. Lawan bicara pun belum tentu bisa menerima kejujuran kita. Sebaliknya, mereka bisa saja tersinggung karena merasa diabaikan.

Berlatihlah, untuk berkata jujur bila kita memang tidak siap mendengarkan. Katakan dengan sopan kepada lawan bicara, “Sekarang waktu yang kurang tepat untuk ngobrol.” Lalu, usulkan kesempatan lain untuk mengobrol. Intinya, bila kita sudah memilih dan memutuskan untuk mendengarkan, laksanakan pilihan tersebut sepenuh jiwa, raga, dan hati.

  1. Kesampingkan harapan kita. Mendengarkan seseorang dengan sungguh-sungguh berarti mendengar apa yang dikatakannya, bukan menyaring ucapannya sesuai harapan kita atau apa yang ingin kita dengar. Jangan membiarkan masalah pribadi kita, yang jauh lebih menarik, menghalangi kita memberikan perhatian penuh.

Intinya, jadilah pendengar yang netral dan objektif. Cobalah untuk memahami posisi dan situasi lawan bicara secara lengkap. Jika lawan bicara mengharapkan respons dari kita, jangan terburu-buru untuk menyimpulkan sesuai dengan pendapat atau sudut pandang kita.

  1. Ajukan pertanyaan. Sebagai bukti bahwa kita telah serius mendengarkan, tanyakan beberapa pertanyaan berkaitan dengan topik pembicaraan. Mengajukan pertanyaan adalah bentuk perhatian kita sebagai pendengar. Tapi ingat, ini bukan sekadar pertanyaan basa-basi, lho. Ajukanlah pertanyaan tentang hal yang kita tidak mengerti atau hal yang ingin kita tahu lebih jauh dari topik pembicaraan. Boleh juga mengajukan pertanyaan dengan tujuan menyamakan persepsi. Siapa tahu kita salah mengartikan apa yang kita telah dengarkan.

Oiya, hal ini wajib dilakukan bila pendengar adalah atasan Si Pembicara.

  1. Tatap mata lawan bicara. Pemahaman kita tentang apa yang dikatakan sangat dipengaruhi oleh apa yang kita lihat serta apa yang kita dengarkan. Selain itu, melepas pandangan kita dari lawan bicara akan memberi kesan negatif bahwa bahkan kesan permusuhan. Jangan biarkan ini terjadi secara tidak sengaja.

Untuk orang visual seperti saya,  tip ini sangat membantu saya untuk memahami lebih dalam pokok pembicaraan. Dengan menatap mata lawan bicara, saya jadi bisa memahami emosi dan reaksi lawan bicara, yang tentu saja didukung oleh intonasi suara. Namun, kendalanya, terkadang di Indonesia masih banyak orang yang risih saat kontak mata. Ini terkait dengan kultur di negara timur yang masih menganggap kontak mata itu sebagai tindakan yang kurang sopan atau bahkan intimidatif.


  1. Beri perhatian. Orang sangat sering berhenti mendengarkan sebelum mereka mendengar seluruh pesan. Terkadang lawan bicara baru mengungkapkan apa yang sebenarnya mereka mau bicarakan ketika percakapan sudah berlangsung cukup lama. Lagi-lagi, ini berkaitan dengan kultur negara timur yang mendahulukan basa-basi sebelum ke pokok pembicaraan.

Pastikan kita tidak check out atau berhenti mendengarkan terlalu cepat. Ada baiknya bila kita sesekali meringkas apa yang baru saja kita dengar untuk menguji pemahaman kita.

Pada akhirnya, mendengarkan itu adalah respek atau rasa hormat terhadap lawan bicara. Respek berbeda dari sekadar mengasihani seseorang. Respek melibatkan simpati atau bahkan empati, yaitu memahami dengan sungguh perasaan lawan bicara.

Kita mendengarkan, bukan menghakimi lawan bicara. Jika yang kita dengar memicu respons emosional di dalam diri, bertanggung jawablah sepenuhnya atas reaksi kita. Tetap bersikap tenang ketika merasa ditekan adalah respons terbaik dari orang-orang dengan kecerdasan emosi yang tinggi. Semoga saja, kita termasuk dalam golongan tersebut. Mari terus berlatih menjadi pendengar yang baik.


Sumber:
Dale Carnegie Training. 2012. Make Yourself Unforgettable: How to Become the Person Everyone Remembers and No One Can Resist. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

2 komentar:

(harap tidak mencantumkan tautan aktif)