Salah satu tip mendengar dengan efektif: mendengar secara sadar. (Credit: FreeImages.com/Carolin Chan) |
Mendengarkan
secara optimal dan efektif bisa membuat perbedaan besar dalam hubungan kita
dengan orang lain. Ini dia 5 tip mendengar dengan optimal dan efektif.
Di
artikel sebelumnya, kita sudah membahas 7 Kesalahan Saat Mendengar. Kali ini, masih dari buku yang sama, Make Yourself Unforgettable: How to Become
the Person Everyone Remembers and No One Can Resist (Dale Carnegie Training,
2012), kita akan membahas bagaimana cara agar terhindar dari kesalahan-kesalahan
tersebut sehingga kita bisa mendengar dengan optimal dan efektif.
Kebanyakan,
orang tidak mendengarkan dengan perhatian. Pendengar yang baik seharusnya memberikan
kesempatan lawan bicara untuk diam, sama seperti memberikan mereka kesempatan untuk
berbicara. Beberapa tip lainnya adalah sebagai berikut:
- Jadikan
mendengar sebagai pilihan sadar, bukan refleks pasif.
Kondisi fisik yang lelah, mood yang
sedang tidak bagus, dan tingkat stres yang tinggi bisa menjadi penghalang
kita untuk mendengarkan dengan optimal. Pikiran kita yang sedang mumet terkadang sudah tidak sanggup
lagi menerima beban tambahan saat mendengarkan lawan bicara.
Katakan dengan jujur kepada lawan bicara
saat kita tidak siap memberi perhatian penuh untuk mendengar. Ini memang bukan hal
mudah bagi kita dan lawan bicara, apalagi untuk orang Indonesia yang lebih
sering merasa sungkan atau tidak enak. Umumnya kita merasa tidak enak menolak teman
yang ingin curhat. Lawan bicara pun
belum tentu bisa menerima kejujuran kita. Sebaliknya, mereka bisa saja tersinggung
karena merasa diabaikan.
Berlatihlah, untuk berkata jujur bila
kita memang tidak siap mendengarkan. Katakan dengan sopan kepada lawan bicara,
“Sekarang waktu yang kurang tepat untuk ngobrol.”
Lalu, usulkan kesempatan lain untuk mengobrol. Intinya, bila kita sudah memilih
dan memutuskan untuk mendengarkan, laksanakan pilihan tersebut sepenuh jiwa,
raga, dan hati.
- Kesampingkan
harapan kita. Mendengarkan seseorang dengan
sungguh-sungguh berarti mendengar apa yang dikatakannya, bukan menyaring
ucapannya sesuai harapan kita atau apa yang ingin kita dengar. Jangan
membiarkan masalah pribadi kita, yang jauh lebih menarik, menghalangi kita
memberikan perhatian penuh.
Intinya, jadilah pendengar yang netral
dan objektif. Cobalah untuk memahami posisi dan situasi lawan bicara secara
lengkap. Jika lawan bicara mengharapkan respons dari kita, jangan terburu-buru
untuk menyimpulkan sesuai dengan pendapat atau sudut pandang kita.
- Ajukan
pertanyaan. Sebagai bukti bahwa kita telah serius
mendengarkan, tanyakan beberapa pertanyaan berkaitan dengan topik
pembicaraan. Mengajukan pertanyaan adalah bentuk perhatian kita sebagai
pendengar. Tapi ingat, ini bukan sekadar pertanyaan basa-basi, lho. Ajukanlah pertanyaan tentang hal
yang kita tidak mengerti atau hal yang ingin kita tahu lebih jauh dari
topik pembicaraan. Boleh juga mengajukan pertanyaan dengan tujuan
menyamakan persepsi. Siapa tahu kita salah mengartikan apa yang kita telah
dengarkan.
Oiya, hal ini wajib dilakukan bila
pendengar adalah atasan Si Pembicara.
- Tatap
mata lawan bicara. Pemahaman kita tentang apa yang
dikatakan sangat dipengaruhi oleh apa yang kita lihat serta apa yang kita
dengarkan. Selain itu, melepas pandangan kita dari lawan bicara akan
memberi kesan negatif bahwa bahkan kesan permusuhan. Jangan biarkan ini
terjadi secara tidak sengaja.
Untuk orang visual seperti saya, tip ini sangat membantu saya untuk memahami
lebih dalam pokok pembicaraan. Dengan menatap mata lawan bicara, saya jadi bisa
memahami emosi dan reaksi lawan bicara, yang tentu saja didukung oleh intonasi
suara. Namun, kendalanya, terkadang di Indonesia masih banyak orang yang risih
saat kontak mata. Ini terkait dengan kultur di negara timur yang masih
menganggap kontak mata itu sebagai tindakan yang kurang sopan atau bahkan
intimidatif.
- Beri
perhatian. Orang sangat sering berhenti
mendengarkan sebelum mereka mendengar seluruh pesan. Terkadang lawan
bicara baru mengungkapkan apa yang sebenarnya mereka mau bicarakan ketika
percakapan sudah berlangsung cukup lama. Lagi-lagi, ini berkaitan dengan
kultur negara timur yang mendahulukan basa-basi sebelum ke pokok
pembicaraan.
Pastikan kita tidak check out atau berhenti mendengarkan terlalu
cepat. Ada baiknya bila kita sesekali meringkas apa yang baru saja kita dengar
untuk menguji pemahaman kita.
Pada
akhirnya, mendengarkan itu adalah respek atau rasa hormat terhadap lawan
bicara. Respek berbeda dari sekadar mengasihani seseorang. Respek melibatkan
simpati atau bahkan empati, yaitu memahami dengan sungguh perasaan lawan
bicara.
Kita
mendengarkan, bukan menghakimi lawan bicara. Jika yang kita dengar memicu
respons emosional di dalam diri, bertanggung jawablah sepenuhnya atas reaksi kita.
Tetap bersikap tenang ketika merasa ditekan adalah respons terbaik dari
orang-orang dengan kecerdasan emosi yang tinggi. Semoga saja, kita termasuk
dalam golongan tersebut. Mari terus berlatih menjadi pendengar yang baik.
Sumber:
Dale
Carnegie Training. 2012. Make Yourself
Unforgettable: How to Become the Person Everyone Remembers and No One Can
Resist. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Tips yang bagus.
BalasHapusTerima kasih :)
Hapus