Mengalihkan pembicaraan adalah kesalahan yang sering terjadi. (Credit: FreeImages.com/StillSearc) |
- Berlatih
untuk merespons. Ini terjadi
ketika perhatian kita bukan pada apa yang kita dengarkan, melainkan pada
apa yang akan kita katakan begitu kita mendapat celah untuk bicara. Kita mungkin
terlihat tertarik pada topik pembicaraan, namun sebenarnya yang kita
pikirkan adalah apa yang akan kita katakan selanjutnya.
Kita pasti pernah membuat skenario
sendiri ketika mendengarkan lawan bicara. Misalnya, nanti kalau dia ngomong begini, saya akan jawab begini.
Kalau dia ngeles lagi, ya saya akan
jawab pake jurus lain. Lagi-lagi, ini semua tentang kita. Bukan tentang
mendengarkan lawan bicara kita. Egois? Sangat.
- Menilai. Kesalahan ini terjadi saat kita langsung menilai seorang pembicara tidak becus atau tidak menarik. Atau justru sebaliknya, kita langsung menilai lawan bicara punya kemampuan bertutur yang baik dan runut. Jadi, kita bukannya fokus terhadap pokok pembicaraan, namun malah fokus menilai kemampuan komunikasi atau penampilan fisik lawan bicara. Penilaian kita mungkin saja benar. Namun, kita telah gagal sebagai pendengar yang baik.
- Bermain Topper.
Istilah ini diciptakan oleh motivator terkenal asal Amerika, Zig Ziglar. Istilah topper merujuk pada kecenderungan
untuk menghubungkan semua hal yang kita dengar dengan pengalaman pribadi
kita, yang tentunya jauh lebih menarik daripada pengalaman pembicara.
Kebanyakan orang yang bermain topper
tidak bisa menunggu hingga lawan bicara selesai bicara. Ini hampir mirip
dengan kesalahan “Berlatih untuk merespons”. Namun, fokus dari jenis
kesalahan ini adalah selalu mengaitkan pokok pembicaraan dengan pengalaman
yang kita miliki.
Misalnya, teman kita sedang curhat soal sulitnya move on dari mantan kekasih. Bukannya
mendengarkan ceritanya sampai tuntas, kita malah lebih seru menceritakan kisah
sukses kita saat move on. Dijamin,
teman kita pasti kesal mendengar
respons kita yang seperti itu.
- “Pembicara Kebenaran.” Kita merasa sebagai sang pemecah masalah yang hebat. Baru mendengar beberapa kalimat dari lawan bicara, kita langsung menjelma menjadi orang yang paling bijak dan berwawasan beserta petuah-petuahnya. Namun, apakah hal yang kita ketahui sesuai dengan apa yang kita dengar? Tidak banyak “pembicara-kebenaran” yang benar-benar peduli pada lawan bicara. Mereka tidak pernah mendengar. Mereka hanya ingin didengar sebagai pemberi solusi dan dianggap ‘pahlawan’. Ingat juga, tidak selamanya lawan bicara membutuhkan respons berupa petuah atau saran. Terkadang, mereka hanya butuh simpati dan didengar hingga tuntas.
- Mencari kesalahan. Kita berbeda pendapat hanya karena merasa senang untuk berbeda pendapat, mencari kesalahan orang lain lalu mengkritiknya, dan merasa dapat melakukannya sesuka hati. Kita bukannya fokus pada apa yang dia bicarakan, malah mencari celah kesalahan yang terjadi. Hal ini mungkin juga dipengaruhi oleh stereotype yang semula kita sudah miliki terhadap lawan bicara. Jadi, terkadang apa yang dibicarakan oleh dia selalu saja salah. Akibatnya, kita akan melakukan segala hal untuk menghindari melakukan kesalahan yang sama agar tidak dikritik.
- Menenangkan. Ini adalah kebalikan dari mencari kesalahan, tapi ini sebenarnya cara lain untuk check out atau tidak melanjutkan untuk mendengarkan pembicaraan. Apapun yang dikatakan pembicara, anda memberinya respons positif dengan harapan dia segera menyelesaikan pembicaraan dan kita tidak perlu berlama-lama mendengarkannya. Beberapa contoh respons yang biasanya dikeluarkan adalah seperti “Betul.. tentu saja.. saya tahu.. luar biasa.” Ya miriplah seperti istilah “Iya saja deh, yang penting cepat selesai.”
- Pengalihan. Maksudnya adalah mengalihkan topik pembicaraan secara tiba-tiba. Entah karena topiknya membosankan atau menyudutkan kita, yang jelas sesegera mungkin kita langsung mengubah topik pembicaraan yang kita sukai. Tindakan ini sangat tidak beretika alias tidak sopan. Sebagaimana kesalahan mendengarkan yang lain, ini biasanya dilakukan oleh orang-orang yang kedudukannya lebih tinggi daripada pembicara.
Kesimpulannya,
inti dari 7 kesalahan tersebut adalah kurangnya perhatian dan simpati kepada
lawan bicara. Sehingga, kita hanya berfokus pada diri sendiri dan malah
mencari-cari kesalahan lawan bicara. Selain itu, kesalahan-kesalahan di atas,
biasanya sering terjadi jika ‘status’ pendengar lebih tinggi daripada
pembicara.
Agar
kita terhindar dari kesalahan-kesalahan di atas, baca juga 5 Tip Mendengarkan dengan Optimal dan Efektif di artikel
selanjutnya.
Sumber:
Dale
Carnegie Training. 2012. Make Yourself
Unforgettable: How to Become the Person Everyone Remembers and No One Can
Resist. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
(harap tidak mencantumkan tautan aktif)